Kerendahan Hati Abraham

Abram terus melangkah, Abram semakin diberkati.  

Abram mengalah, Abram lebih lagi diberkati!







Ketika Abram terus berjalan sebagai ketaatannya kepada perintah Tuhan, Abram semakin diberkati Tuhan dengan berlimpah-limpah

Bahkan dikatakan bahwa negeri itu (ketika itu ia ada di tanah Negev) sudah tidak lagi cukup bagi mereka untuk tinggal bersama-sama karena harta mereka sangat banyak. Akibatnya gembala Abram dan gembala Lot bertengkar karena tanah penggembalaan ternak mereka sudah tidak cukup lagi. 

Berangkat dari persoalan tersebut, Abram mengambil satu langkah untuk menyelesaikannya agar jangan ada pertikaian yang lebih jauh antara dia dengan keponakannya Lot. 

Abram mengambil keputusan untuk memberikan kesempatan kepada Lot keponakannya memilih daerah yang terbaik menurut yang ia mau kemudian Abram mengambil daerah dengan arah yang berlawanan apapun keadaannya.

Sikap Abram untuk menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan kepada Lot memilih terlebih dahulu menjelaskan kerendahan hatinya. Ia mengalah, tidak menggunakan otoritasnya sebagai paman untuk menekan Lot keponakannya, ia tidak serakah untuk mendapatkan tempat yang terbaik, ia mau supaya keponakannya nyaman dan tentram di tempat yang dipilih walaupun ia sendiri mendapatkan tempat yang tidak sebaik dan sesubur lokasi yang dipilih oleh Lot. 

Namun setelah itu, dibalik sikapnya yang mengalah tersebut justru datang janji Tuhan yang baru dan lebih dahsyat dari janji sebelumnya, justru ia semakin diberkati oleh Tuhan, bukan hanya dia, bahkan keturunannya pun diberkati.

Di ayat 14-17 dimana untuk yang ketiga kalinya Allah berfirman kepada Abram.

🔥 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.  Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Kejadian 13:14-17 (TB) 

Tuhan menyampaikan 2 perintah dan 2 janji melalui ayat-ayat ini:

  1. Perintah pertama adalah Abram melihat ke sekelilingnya sejauh yang dapat ia lihat.
  2. Perintah kedua adalah ia harus menjalani negeri yang telah ia lihat menurut panjang dan lebarnya. 

Dari perintah tersebut, Tuhan menetapkan 2 janji:

  1. Pertama, segala tempat yang dapat dilihat oleh Abram, sejauh matanya memandang pada saat itu di tempat dimana ia berdiri akan diberikan kepada Abram dan kepada keturunannya. 
  2. Yang kedua, Tuhan akan membuat keturunan Abram seperti debu tanah banyaknya.


Jadi perintah tersebut sebenarnya menjadi semacam "sertifikasi kepemilikan" bagi tanah yang diberikan Allah kepada Abram, yang mana dikemudian hari akan ditempati dan dikelola oleh Israel keturunannya

Alkitab tidak menjelaskan dengan detail daerah mana saja yang berhasil dijalankan oleh Abram sehingga dapat diklaim menjadi milik nya, tapi nanti setelah bangsa Israel memasuki tanah Kanaan dan berhasil merebut sejumlah besar bagiannya, dari situ dapat kita ketahui daerah mana sebenarnya yg menjadi hak milik Abram dan keturunannya.

Kesimpulan:

Ada dua hal penting yang dapat dipelajari dan diteladani dari sikap Abraham.

  1. Yang pertama adalah sikap rendah hati Abraham. Sebagai Paman, sebenarnya ia berhak menggunakan otoritasnya untuk mengatur Lot keponakannya, atau mengusir, atau menghukum pekerja-pekerja Lot yang bertengkar berebutan tempat. Ia bisa saja memilih tempat yang terbaik terlebih dahulu baru sisa nya untuk keponakannya. Tetapi ia tidak melakukan semua itu! Ia tidak serakah! Ia tidak otoriter! Ia tidak jahat kepada keponakannya! Ia tidak menggunakan haknya untuk mencari keuntungan! Tetapi ia justru mengalah, ia sabar, ia rela mendapatkan yang sisa, dan ia  menunjukkan bahwa ia mengasihi keponakannya

  1. Yang kedua adalah kesetiaannya. Abram tidak berhenti di suatu tempat. Ia terus berjalan seturut perintah Allahnya, ia setia mengerjakan kehendak Tuhan. Dan disitu berkat Tuhan semakin mengalir sampai berkelimpahan dan sangat banyak.  Begitu juga dibalik sikapnya yang baik terhadap keponakannya, datang janji-janji Tuhan, berkat-berkat Tuhan yang semakin melimpah-limpah bagi dia dan keturunannya. 

Untuk direnungkan:

Banyak orang yang takut dan enggan mengerjakan panggilan dan kehendak Tuhan bagi hidupnya karena takut jatuh miskin, takut tidak punya apa-apa, takut kekurangan dan sebagainya. Hal ini terjadi karena mereka melihat apa yang ada di depan mereka, bukan melihat Tuhan yang memanggil dan mengutus, yang memiliki segala-galanya, yang adalah Sumber Berkat. 

Tidak mungkin Allah memanggil dan mengutus dan membiarkan hamba-hambaNya berkekurangan

Coba lihat Abraham, semakin ia setia, semakin ia diberkati dengan berkecukupan bahkan sampai berkelimpahan. Begitu juga ketika ia mengalah, ia bukannya rugi melainkan "untung" yang sangat besar bagi dia bahkan keturunannya.

Prinsip dasar dari sikap Abraham adalah ia terus berjalan di dalam kesetiaan terhadap apa yang diperintahkan Tuhan bagi dia untuk dikerjakan. 

Kesetiaan itu mendatangkan berkat seiring dengan langkahnya.

Kecenderungan setiap orang yang memiliki otoritas adalah memandang dan mengambil keputusan berdasarkan otoritas yang dimiliki untuk keuntungan pribadi meskipun ketika di dalam lingkungan keluarga.

Otoritas tidak salah untuk digunakan, namun alangkah baiknya jika otoritas digunakan untuk melawan ketidakbenaran, ketidakadilan dan kejahatan.

Demikian juga dengan sikap mengalah yang diambil berdasarkan kasih akan mendatangkan berkat Tuhan yang lebih besar. 

Bukan sikap mengalah yang dilandasi dengan kebencian dan kepura-puraan, itu hanya mendatangkan akar pahit dan dendam yang berurat akar.

Bagaimana dengan Anda saat ini? 

Apakah Anda juga sedang berada di suatu konflik yang memberikan Anda pilihan mengalah atau menggunakan otoritas? 

Ketika mengambil sikap menggunakan otoritas apakah untuk keuntungan pribadi atau kebaikan bersama? 

Ketika mengalah, apakah dilandasi kasih atau kebencian?

Apakah saat ini Anda juga sedang berada dalam situasi menjalani panggilan Tuhan yang khusus bagi hidup Sdr? 

Apakah ada suatu ketakutan akan mengalami kekurangan? 

Apakah Anda berpikir untuk tetap setia apapun yang akan terjadi, atau berpikir untuk mundur dari panggilan?

Kiranya pelajaran dari teladan Abraham ini menjadi berkat bagi kita sekalian di dalam bersikap dan menjalani panggilanNya.

⏳⏳⏳⏳⏳


Baca selengkapnya 7 Hari Renungan Tentang Abraham:

Hari keempat: Ketulusan Abraham 

Hari ketiga: Peribadatan Abraham 

Hari kedua: Ketaatan Tanpa Syarat Abraham 

Hari pertama: Panggilan Abraham

Foto ilustrasi: Abram menyembah Allah sebagai penundukkan dan ketaatannya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL PENULIS KITAB MARKUS (1)

Apakah Yesus Allah?

Apakah Allah Disalib?